Sebagian besar penjelasan mengenai kejahatan yang
telah dibahas sejauh ini telah memfokuskan pada karakteristik biologis dan
psikologis sebagai penyebab kriminalitas. Jelasnya, teori-teori yang mengikuti
meminimasi faktor-faktor ini dan sebagai gantinya mengkonsentrasikan pada
pengaruh-pengaruh ekstra seperti lingkungan, kemiskinan dan pengangguran.
Sejumlah teori yang menghubungkan kriminalitas dengan faktor-faktor sosial ini
memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan vagrancy, pengangguran, kontrol
sosial, nilai-nilai kultural dan kemiskinan dan keputusasaan umum.
Cerita mereka membuka kembali cerita berabad-abad yang lalu, tetapi koleksi yang akurat dan penyimpanan data mengenai kriminalitas dan faktor-faktor sosial yang kaitannya masih diperdebatkan yang berasal dari abad ke-19. Konsekuensinya, hanya pada periode ini minat yang akan kita pelajari. Banyak karya awal pada bidang ini dipublikasikan oleh reformis sosial dan politik, seringnya sebagai bagian kecil dari treatises yang jauh lebih besar. Pada abad ini pandangan mereka sesungguhnya mulai dipublikasikan setelah industrialisasi membuat perubahan yang drastis terhadap penyebaran penduduk, perubahan masyarakat dari suatu kultur yang esensial. Satu aspek dari perubahan ini adalah suatu pergeseran dari kecil, masyarakat yang berhubungan dekat, yang tujuannya untuk menumbuhkan produksi untuk mendukung mereka sendiri melalui konsumsi dan penjualan. Perubahan tersebut menghasilkan masyarakat urban yang besar yang memiliki tujuan yang luas dan bermacam-macam. Banyak, baik waktu maupun sejaknya, telah merasakan bahwa gaya hidup yang bermacam-macam membuat perubahan yang berarti pada praktek kriminal, yang menyebabkan masalah baru tidak adanya hukum. Kejahatan pada masyarakat pra-industri lebih menyebar dan oleh karenanya sekarang cenderung terasakan seperti tidak akut, meskipun sebenarnya demikian. Konsentrasi penduduk pada daerah-daerah urban merupakan permulaan masyarakat modern kita dan merupakan awal penjelasan sosiologi kejahatan modern.
Cerita mereka membuka kembali cerita berabad-abad yang lalu, tetapi koleksi yang akurat dan penyimpanan data mengenai kriminalitas dan faktor-faktor sosial yang kaitannya masih diperdebatkan yang berasal dari abad ke-19. Konsekuensinya, hanya pada periode ini minat yang akan kita pelajari. Banyak karya awal pada bidang ini dipublikasikan oleh reformis sosial dan politik, seringnya sebagai bagian kecil dari treatises yang jauh lebih besar. Pada abad ini pandangan mereka sesungguhnya mulai dipublikasikan setelah industrialisasi membuat perubahan yang drastis terhadap penyebaran penduduk, perubahan masyarakat dari suatu kultur yang esensial. Satu aspek dari perubahan ini adalah suatu pergeseran dari kecil, masyarakat yang berhubungan dekat, yang tujuannya untuk menumbuhkan produksi untuk mendukung mereka sendiri melalui konsumsi dan penjualan. Perubahan tersebut menghasilkan masyarakat urban yang besar yang memiliki tujuan yang luas dan bermacam-macam. Banyak, baik waktu maupun sejaknya, telah merasakan bahwa gaya hidup yang bermacam-macam membuat perubahan yang berarti pada praktek kriminal, yang menyebabkan masalah baru tidak adanya hukum. Kejahatan pada masyarakat pra-industri lebih menyebar dan oleh karenanya sekarang cenderung terasakan seperti tidak akut, meskipun sebenarnya demikian. Konsentrasi penduduk pada daerah-daerah urban merupakan permulaan masyarakat modern kita dan merupakan awal penjelasan sosiologi kejahatan modern.
Masalah
utama tercipta oleh fakta bahwa sistem kontrol belum benar-benar berubah,
meskipun ada masa transisi dari masyarakat agraris ke suatu masyarakat
industri. Kontrol lama membuktikan tidak menjadi efektif pada situasi sosial
yang baru. Kesulitan dalam membuat kebijakan membuat banyak penulis, termasuk
Chadwick (1839) memperdebatkan angkatan kepolisian yang profesional, khususnya
pada konurbasi yang lebih besar dan paling cepat seperti Manchester. Migrasi,
pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat dan emergensi tempat tinggal yang
besar membuat para komentator abad ke-19 takut akan formasi sub-kelompok yang
berbahaya, yang umumnya dirujuk sebagai ‘residuum’ (Lihat Phillips, 1977);
Tobias (1972); dan Jones (1982).
Ukuran
masalah adalah kesulitan untuk memastikan kepastian apapun. Ada banyak masalah
dengan statistik tersebut. Meskipun demikian, upaya dilakukan untuk memperkirakan
ukuran masalah kejahatan dan menjelaskan alasannya. Pada pembahasan awal yang
mengandung pembhasan signifikan mengenai kriminalitas dan masyarakat
dipublikasikan oleh Frederick Engles pada tahun 1844. Engles, seorang
industrialis kelahiran Jerman yang keluarganya separuh memiliki pabrik tekstil
di Manchester, menghabiskan masa dewasanya bekerja di Inggris dan, dengan Karl
Max, merupakan bapak ideologi komunis. Konsep materialisme dialektital menjadi
filosofi komunis. Engles menggunakan sejumlah angka cerita dari statistik resmi
Inggris dan Wales untuk memperlihatkan bahwa jumlah yangditangkap karena
kejahatan meningkat secara tetap pada sebagian pertama abad tersebut dari 4,605
pada tahun 1805 menjadi 31.309 pada tahun 1842, lipat tujuh meningkat dalam 37
tahun. Sebagaian besar peningkatan ini terjadi pada daerah industri urban yang
sedang tumbuh dengan cepat di Utara. Liverpool dan Manchester sendiri
menghitung 14% dari total keseluruhan. London, yang penduduk abad
pertengahannya mungkin lebih besar dari semua kota utama lainnya, terhitung 13
persen dari total jumlah yang ditangkap. Daerah industri Scotland
memperlihatkan trend yang sama. Pada Lanarshire, populasinya berlipat ganda
setiap 30 tahun dimana tingkat kriminal berlipat ganda setiap lima setengah
tahun (misalnya, hampir enam kali cepatnya).
Engles
(1971) mengungkapkan hal demikian tidak mengejutkan dan tidak menyulitkan untuk
dijelaskan. Dia mendokumentasikan perluasan perbedaan kelas dan eksploitasi
yang meningkat kelas yang berbeda dengan bourgeoisie, yang memberikan
kemakmuran di bawah persaingan bebas. Dalam pandangannya, para pekerja menjadi
lebih brutal, tereksploitasi dan demoralisasi; karena mereka kehilangan kontrol
nyata mereka atas kehidupannya sendiri, antipati mereka tumbuh. Dia mengkalim
bahwa pertumbuhan konflik kelas yang berjalan sangat kuat dan tak dapat
dihindarkan, dan sehingga kriminalitas menjadi hasil yang nyata. Dia
mengatakan:
Jika
demoralisasi pekerja melewati titik tertentu, maka hal demikian sebagai hal
lumrah sehingga dia akan menjadi kriminal-sebagai hal yang tak terhindarkan
seperti air yang berubah menjadi uap pada saat titik didih (Engles (1944), dari
1971 terjemah, hal 145).
Dia memprediksikan bahwa konflik kelas ini akan
menjadi perang (misalnya, perang sipil) borjuis telah gagal memahami point
utamanya. Hal demikian tidak pernah terjadi di Inggris. Meskipun ada banyak
konflik industri yang lebih pahit, peningkatan bersenjata lampau melawan
negara, Chartist march di Newport pada tahun 1839, telah terjadi sebelum Engles
menulis.
Gagasan
konflik sosial sebagai penjelasan kriminalitas akan tetapi merupakan diambil
dan diperhalus oleh proponent “Kriminologi Baru” menjadi teori penuh konflik
(lihat Bab 15). Engles berpikir jawaban untuk masalah kriminal terletak pada
perubahan politik yang ideal, khususnya perusakan sistem eksploitasi. Hal ini
akan melibatkan perubahan masyarakat secara keseluruhan, menggantikan struktur
ekonomi dan sosialnya. Hingga saat ini, allokasi pusat kesalahan keseluruhan
dan solusi dramatik seperti ini pada umumnya tidak biasa di antara para penulis
kriminolog British. Bahkan orang-orang yang melihat alasan masyarakat
kriminalitas pada umumnya cenderung menganjurkan bahwa hal demikian disebabkan
oleh elemen yang lebih spesifik, dan mengusulkan penyembuhan yang lebih
terbatas daripada orang-orang diungkap oleh Engles.
Salah sdatu
kriminal yang paling umum pada abad ke-19 adalah vagrancy. Pada jaman itu ia
hampir menjadi sinonim dengan istilah “kelas berbahaya”. Vagrancy menyebabkan
sebagian besar alarm pada periode 1815-19, akhir tahun 1840-an, akhir tahun
1860-an dan pertengah tahun 1890-an. Vagrancy terlihat sebagai ancaman struktur
masyarakat, karena gaya hidup vagrant tidak mendukung etika kerja Protestant,
dan dirasakan menjadi perusak atas penghormatan dan agama. Vagran dianggap
sebagai pembawa penyakit, dan kriminal yang sering mengorbankan pedagang yang
yang dihormati. Terakhir, tetapi yang paling penting, pada distress ekonomi
yang akut pada akhir tahun 1830-an dan awal 1840-an, mereka dianggap membentuk
bahaya potensial terhadap kestabilan pada saat ketegangan politik. Chadwick
Reportes (1839) penuh dengan ketidakadilan vagran. Penting bagi kita untuk
mengingat, meskipun sering kehilangan pandangan pada waktu itu, bahwa tidak semua
vagran adalah kriminal; sejumlah diantaranya para pekerja mirgan yang mengikuti
pekerjaan musiman; atau mereka adalah pelaut yang berpindah karena pekerjaan
mereka, atau showmen dan hawkers; atau seperti kasus dengan banyak wanita
vagran, mereka telah kehilangan pekerjaan mereka dan berkelana untuk mencari
pekerjaan, atau mereka terlalu terlalu miskin untuk mendapat rumah atau terlalu
tua untuk bekerja. Meskipun permukaan vagrancy demikian dapat diterima,
vagrancy pada umumnya yang pertama kali dicurigai atas kejahatan apapun yang
terjadi pada suatu lokasi: mereka diyajini menjadi kelas kriminal dan
diperlakukan seperti hal ini.
Pandangan mengenai vagran ini tetap begitu meskipun faktanya mereka
jarang diyakini atas kejahatan yang benar-benar serius—yang sebagian besar
peminum dan tidak karuan, meminta-minta, tidur di luar dan mencuri
barang-barang seperti baju dan makanan. Karena vagran dipandang sebagai ancaman
sosial mereka dikontrol secara ketat, secara garis besar oleh cara-cara Akta Vagrancy
tahun 1824dan 1838, yang diberikan interpretasi luas agar dapat mencakup bidang
yang luas atas gaya hidup mereka. Vagrant dengan demikian dikontrol di hadapan
kejahatan sebenarnya yang telah dikomitkan. Dengan cara ini, British berusaha
mengontrol vagrancy yang terlihat turut andil pada masalah kejahatan, daripada
mencari jalan keluar atas pemecahan masalah. Pendekatan pragmatis ini mewakili
banyak perubahan hukum waktu ini: pemikiran berbobot untuk hal-hak properti
yang bertindak atau memperkuat hukum melawan banyak kegiatan si miskin, seperti
mengumpulkan kayu bakar, mengumpulkan batu bara, dan menggunakan tanah pastur
secara umum. Tujuannya adalah untuk mengontrol orang-orang yang terlihat
kemungkinan besar menyebabkan masalah yang sebenarnya, khususnya kesulitan yang
dikaitkan dengan kejahatan, sebelum mereka menjadi terlalu sulit.
Dengan cara demikian, kriminologi British lebih praktis daripada
teoritis, dan bahkan ringan di hadapan Lombroso (lihat 6.3), tetapi tentunya
setelah dia, is mengadopsi pandangan positivist yang menentukan faktor-faktor
tertentu, yang pada umumnya di luar kontrol individu, menentukan perilaku
(misalnyabahwa terdapat kendala besar atas operasi keinginan bebas).
Memungkinkan secara per bagian karena pendekatan karya Lombrosso tidak memiliki pengaruh pada
kriminologi British karena ia memiliki kontinent. Di Inggris pendekatan
pragmatis masih tetap, dan orang-orang dihukum untuk dua hal untuk dirinya
sendiri dan barang kolektifnya. Tradisi kriminologi British telah dipelajari
dan kadang-kadang menjelaskan status quo daripada mempertanyakannya (untuk
kritik mengenai posisi, lihat Bab 15).
Contoh pendekatan pragmatis ini dapat dilihat di Studi abad pertengahan
Henry Mayhew, London. Mayhew (1861-2) cenderung melihat kejahatan sebagai
fenomena ekologi, tetapi seseorang yang terikat dengan kelas kerja yang berbeda dengan masalah
sosial. Dia tidak melihat kriminal secara terpisah, kelas berbahaya berbeda
dengan kelas bekerja. Cenderung, dia mengenali bahwa banyak orang didorong
menjadi miskin: beberapa karena mereka tidak mampu, tetapi berkeinginan untuk
bekerja, yang lainnya karena mereka sakit atau sebaliknya tidak memiliki
kapasitas. Apapun posisi ini dapat menyebabkan kriminalitas karena kebutuhan.
Dalam mengenali faktor-faktor sosial sebagai penyebab kriminalitas, dia tidak
menyalahkan struktur sosial dengan cara yang sama seperti Engles. Dia tidak
memperdebatkan pemulihan sosial yang dramatis. Dia melihat perubahan sosial
yang luas tertentu, seperti gerakan dari dari desa ke kehidupan kota, merupakan
penyebab latent kriminalitas yang diperlukan. Dari perspektif ini, tak ada
kesalahan yang dapat dilemparkan baik pada kelas property atau pada kriminalnya
itu sendiri. Mereka melihat sebagai perbuatan dengan cara yang menetukan yang
mengurangi keinginan bebas. Jika kesalahan tidak dilemparkan pada urbanisasi,
maka ia akan dijatuhkan pada penyebab lainnya seperti immigrasi. Pada abad
pertengahan 19, imigran Irlandia tiba dalam 20 atau bertahuntahun setelah krisis
kentang pada tahun 1846 sehingga terlihat sebagai penyebab masalah (lihat Pike
(1876).
Pentingnya pendekatan deterministik cukup dapat ditekankan. Ia prevalent
dalam teori sebagian besar kriminolog British dan Amerika hingga tahun 1970,
dan dapat ditemukan di banyak teori sekarang. Hal ini dengan jelas
diilustrasikan oleh Hermann Manheim bahwa setiap masyarakat memiliki jenis
kejahatan dan kriminal yang cocok dengan kultur, moral, sosial, dan kondisi
agama serta ekonominya (Manheim (1965), hal 422). Secara mirip, inersia dimana
suatu titik dapat menghasilkan dapat didemonstrasikan oleh sikap di belakan
Home Office White Paper tahun 1959. Pada paragrap pembukaan, White Paper
mencatat bahwa meskipun ada peningkatan standar sosial di Inggris sejak Perang
Dunia Kedua, masih tetap tidak ada penurunan kejahatan, yang telah terus
meningkat. Ia terus dikatakan bahwa kejahatan tidak berkaitan dengan penyebab
kriminalitas ‘deep-seated’ tetapi lebih pada menetapkan fakta-fakta dan cara
pemerintah harus menanganinya atau meresponnya. Pengaruhnya, pendekatan ini
memilih untuk menerima masalah kejahatan dan hanya mencoba meminimasi
pengaruhnya. Gagasan ini bahwa suatu respon dapat dilakukan untuk melakukan
kejahatan tanpa memahami ia salah satu yang telah menunjukkan kriminologi
British untuk jangka waktu yang lama.
Meskipun demikian, sejumlah kriminolog telah berupaya memberikan
penjelasan kriminalitas secara sosiologis, meskipun dalam fashion determinan
yang berkelajutan dan dengan tujuan yang jelas menjaga suatu pendekatan
pragmatis terhadap resolusi masalah.
No comments:
Post a Comment